Jumat, 25 Februari 2011

penyakit jamur kulit disekitar selangkangan dan alat kelamin pria

http://diyoyen.blog.friendster.com/2009/08/tinea-cruris/

Tinea Cruris 

I.DEFINISI
Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsun seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerahgenito-krural saja atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain. Tinea cruris mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the groin, dhobie itch (Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005)
II.ETIOLOGI
Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton rubrum (90%) dan Epidermophython fluccosum Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%) (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)
III EPIDEMIOLOGI
Tinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea cruris.Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab (Wiederkehr, Michael. 2008)
III.PATOFISIOLOGI
Cara penularan jamur dapat secara angsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:
a.Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt paha bagian dalam.
b.Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c.Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.
d.Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik
e.Faktor umur dan jenis kelamin (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)
IV.MANIFESTASI KLINIS
1. Anamnesis
Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat meluas ke sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan semakin meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan orang lain, aktif berolahraga, menderita diabetes mellitus. Penyakit ini dapat menyerang pada tahanan penjara, tentara, atlit olahraga dan individu yang beresiko terkena dermatophytosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.
Manifestasi tinea cruris :
1.Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha, dan proksimal dari abdomen bawah dan pubis
2.Daerah bersisik
3.Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif
4.Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi
5.Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus yang tersebar dan sedikit skuama
6.Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena
7.Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan impetiginasi mungkin muncul karena garukan
8.Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal sehingga tampak kulit eritematus, sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula folikuler
9.Hampir setengah penderita tinea cruris berhubungan dengan tinea pedis (Wiederkehr, Michael. 2008).


PENGOBATAN

OBAT JAMUR KULIT

Umumnya, obat jamur kulit ini bekerja menghambat jamur dengan mengganggu aktivitas sel jamur sehingga menjadi rusak. Obat jamur kulit diberikan berupa krim atau salep yang dapat dioleskan langsung pada daerah yang terinfeksi jamur. Namun, suatu obat jamur secara sistemik diperlukan sebagai tambahan bila infeksi sudah meluas.
  1. Penggolongan obat Jamur Kulit Obat jamur kulit yang ada di Indonesia , antara lain:
    1. Griseofulvin Obat ini efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan berbagai jamur dermatofit seperti Trichophyton, Epidermophyton, dan Microsporum. Griseofulvin bekerja dengan menghambat mitoisi jamur dengan mengikat protein mikrotubuler dalam sel.
    2. Imidazol dan Triazol Obat jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Kelompok ini adalah mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol. Angka penyembuhan tinea pedis dengan mikonazol sebesar 95%.
    3. Tolnaftat Tolnaftat merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuk sebagian besar dermatofitosis yang disebabkan T. Rubrum, T. metagrophites, T. tonsurans, E. Floccosum, M.canis, M. Auduoini dan P.orbiculare tapi tidak efektif terhadap candida. Angka penyembuhan tolnaftat pada tinea pedis sebesar 80%.
    4. Nistatin Obat ini merupakan suatu antibiotik polien yang dihasilkan oleh Streptomyces noursei. Nistatin terutama digunakan infeksi kandida di kulit, selaput lendir dan saluran cerna.
    5. Lainnya kandisidin, asam benzoat dan asam salisilat, asam uindesilat, haloprogin, natamisin, siklopiroks olamin.
  2. Infeksi jamur kulit Infeksi jamur kulit kerap diderita oleh masyarakat yang tinggal di negara beriklim tropis. Indonesia memiliki iklim tropis yang berakibat suhu udara yang panas dan lembab sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan organisme seperti jamur dan parasit.
    Jamur dapat tumbuh pada daerah kulit manusia yang lembab misalnya ketiak, selangkangan, sela jemari kaki, lipatan kulit yang lembab, di bawah lipatan payudara, atau di lipatan bokong. Bagian-bagian kulit tersebut selain lembab, sering tidak kering setiap kali habis mandi.
Infeksi jamur sendiri dibedakan menurut lokasi bersarangnya sebagai berikut;
  1. Tinea capitis bila menyerang kulit kepala, rambut, alis, dan bulu mata.
  2. Tinea barbae yang singgah di dagu dan pipi yang biasa ditumbuhi cambang.
  3. Tinea manuum yang mendarat di tangan dan telapak tangan.
  4. Tinea unguinum bisa menyerang kuku hingga rusak, rapuh, dan bentuknya tak lagi normal. Di bagian bawah kuku bakal menumpuk sisa jaringan kuku rapuh.
  5. Tinea pedis yang menyelip di sela-sela jari dan telapak kaki, dikenal juga dengan athlete's foot, ringworm of the foot, kutu air atau rangen kata orang Jawa, paling sering bercokol di antara jari ke-4 dan ke-5, yang kerap meluas ke bawah jari dan sela jari-jari lain.
  6. Pityriasis versicolor alias panu, yang kerap muncul dibadan, ketiak, lipatan paha, lengan, tungkai atas, leher, wajah, dan kulit kepala. Bentuknya berupa bercak bersisik halus putih hingga kecokelatan. Panu merupakan penyakit jamur permukaan menahun dan tak memberikan keluhan berarti.
  7. Tinea corporis atau kadas (kurap) timbul di leher atau badan, ditandai dengan munculnya bercak bulat atau lonjong, berbatas tegas antara yang kemerahan, bersisik, dan berbintil. Daerah tengahnya biasanya lebih "tenang", tak berbintil. Bila dibiarkan, bisa menjadi penyakit menahun, keluhannya pun jadi samar-samar hingga menimbulkan infeksi bakteri.
  8. Tinea cruris atau infeksi jamur di lipatan paha, daerah bawah perut, kelamin luar, selangkangan, dan sekitar anus. Penyakit yang satu ini kerap dianggap enteng, karena lebih enak digaruk ketimbang diobati. Tak jarang jamur selangkangan ini wujudnya menjadi tak karuan. Kulit selangkangan pun lebih legam, meradang dan basah bergetah, terutama jika jamur sudah ditunggangi infeksi oleh kuman lain.
  9. Candidosis. Infeksi jamur Candida sp. ini banyak menyerang kulit dan vagina kaum hawa. Umumnya tak berbahaya, meski dapat meradang. Kehadirannya ditandai dengan penebalan kulit, dadih putih bak kotoran, peradangan, dan sakit saat buang air kecil atau senggama.
    Penyakit jamur dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Setelah diobati dengan obat jamur, biasanya penyakit akan mereda, tapi kemudian kambuh lagi. Hal ini yang menimbulkan persepsi bahwa penyakit jamur sukar disembuhkan.
Sebenarnya penyakit jamur bisa disembuhkan. Hanya saja jamur kulit sering tidak diobati sampai tuntas dan salah memilih obat antijamur. Untuk pemilihan obat jamur dan anti parasit topikal yang tepat ada baiknya anda periksakan diri dan konsultasi ke dokter spesialis kulit.